Sambungan dari halaman sebelumnya setelah rubuhnya jembatan yang terasa ganjil bagi kami karena walaupun jembatan itu terbuat dari bambu telah di buat sekuat mungkin karena itu akses jalan satu satunya.
Setiba kami di rumah duka orang kampung tidak percaya dengan apa yang baru saja kami alami tadi,tanpa menghiraukan kejadian itu kemudian kami semua membaca surat yasin sembari menunggu esok hari tiba.
Di pagi hari yang cerah jumlah pelayat semakin banyak guna mengantarkan jenasah menuju pemakaman di desa kami,setelah jenasah dimandikan serta di sucikan kami dan di Sholati kami mengusung keranda secara bergantian melewati jalan di belakang rumah untuk menuju tempat pemakaman yang mana kami harus menyeberangi sungai terlebih dahulu.
Betapa terkejutnya kami para rombongan ketika hendak menyerangi sungai tadi,Air yang biasanya bajir di malam hari maka esok paginya sudah tidak begitu deras akan tetapi hari ini air tidak juga kunjung surut.
kami semua berhenti dan memusyawarahka dengan seluruh warga cara terbaik membawa jenasah menuju ke pemakaman. Jika menggunakan jalur memutar maka jarak yang di tempuh cukup jauh sekitar 4 km itupun harus dengan jalan kaki kerena tidak bisa menggunakan mobil. Sesuai kesepakatan bersama akhirnya kami memilih menyebrangi sungai yang deras itu dengan cara memotong batang pohon pisang yang kemudian kami rakit menjadi sebuah Getek ( batang pisang di susun bejajar jajar )
Kemudian keranda kami tempatkan di atasnya terus di tali dengan sekencang kencangnya supaya keranda tidak jatuh kesungai.Di sisi seberang nampak sekitar 50 orang pelayat sedang menunggu jenazahnya,setelah semua di rasa sudah siap kami memasang tali tampar untuk menahan keseimbangan dari Getek.Hanya orang yang bisa berenang saja yang di minta ikut terjun kesungai sambil memegangi getek itu.
Sekitar sepuluh orang termasuk saya ikut memegangi getek sambil terjun ke sungai mengikuti arus yang deras sementara di pinggir sungai sibuk memegangi tampar dari kedua sisi sungai untuk menjaga keseimbangan karena arus yang deras.
dengan susah payah dan kerja sama semua orang akhirnya jenazah berhasil di seberangkan dengan aman kemudian kami lanjutkan meggotong keranda menuju pemakaman.
Perasaan puas dan lega tersirat usai pemakaman di lakukan mengimgat betapa beratnya medan yang kami lalui untuk menuju ke pemakaman itu.
Peristiwa aneh yang terjadi itu mengingatkan kami semua kan pesan almarhum sebelum meninggal yang meminta agar jenazahnya di hanyutkan saja ke sungai telah di lakukan.mingkin itu pesan yang di maksud oleh almarhum tapi semua itu adalah kehendak Tuhan.
Warga desa tidak berani mengubur jenazah di malam hari karena keangkeran dari kuburan itu,banyak kejadian mistis yang sering terjadi jika hendak menguburkan jenazah di malam hari ikuti cerita selanjutnya
0 komentar:
Posting Komentar